KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami curahkan
ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat dan karuniaNyalah, makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik, tepat pada waktunya Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi, pada semester I,
di tahun ajaran 2012, dengan judul “Tawuran Antar Pelajar”. Dengan membuat
tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal tentang Tawuran Antar
Pelajar yang semakin marak di Indonesia.
Dalam penyelesaian makalah
ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu
pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, akhirnya Makalah ini
dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu, sudah sepantasnya jika kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nikmah, dosen kami yang tidak lelah
dan bosan untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
2. Orang Tua dan keluarga kami tercinta yang
banyak memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan, baik secara moral maupun
spiritual.
3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini
yang sudah banyak membantu, Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih
dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
BAB I: PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Maraknya tingkah laku agresif akhir-akhir ini
yang dilakukan kelompok remaja kota merupakan sebuah kajian yang menarik untuk
dibahas. Tawuran
antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya
untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Masalah
yang lebih menarik lagi adalah para pelajar SLTA di Jakarta dan kota-kota besar
lain di Indonesia sering tawuran dan seolah-olah bangga dengan perilakunya
tersebut.
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah
masalah yang sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah
menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal
yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku buruk ini
tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian atau tawuran itu
sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara langsung.
Banyaknya tawuran antar pelajar di kota-kota
besar di Indonesia merupakan fenomena menarik untuk dibahas. Perkembangan
teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat
dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota.
B. Rumusan
Masalah
1)
Bagaimana Dinamika Tawuran antar Pelajar pada saat
sekarang ini?
2)
Apa saja Sebab-Sebab Tawuran antar Pelajar itu?
3)
Bagaimana Solusi Pemberantasan Tawuran?
4)
Apakah Akibat-Akibat Tawuran antar Pelajar itu?
5)
Bagaimana solusi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi tawuran pelajar
C. Tujuan
1)
Mengetahui Dinamika Tawuran antar Pelajar pada saat
sekarang ini.
2)
mengetahui Kekerasan dalam Pendidikan pada masa
sekarang.
3)
Menjelaskan Sebab-Sebab Tawuran antar Pelajar.
4)
Mengetahui Solusi Pemberantasan Tawuran.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
pembuka cakrawala bagi semua kalangan baik , masyarakat maupun keluarga untuk
dapat bekerja sama dalam menyiapkan kader-kader dan generasi bangsa, untuk
mengurangi tingginya tingkat agresivitas maupun kenakalan remaja khususnya pada
perkelahian massal yang kerap kali dilakukan oleh para remaja kota. Memberikan
solusi dan pengetahuan bagi para pembaca.
E. Metode Penulisan
Dalam
membahas makalah ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Metode
penelitian kepustakaan adalah penelitian yang mengutamakan penggunaan
perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi-informasi atau
data-data melalui buku-buku.
BAB II: KAJIAN TEORITIK
Secara psikologis, perkelahian yang
melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan
remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.
Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.
Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di
dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai
anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh
kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja
akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah
para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Tawuran antar pelajar juga bisa
dimasukkan dalam beberapa kategori, antara lain: perilaku agresif,
penyimpangan, kenakalan remaja, dan perkelahian massal.
A. Perilaku agresif
Secara sepintas setiap perilaku
yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak orang lain dapat disebut
sebagai perilaku agresif. Peran kognisi sangat besar dalam menentukan apakah
suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi atribusi internal) atau tidak
agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi internal yang dimaksud
adalah adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk menyakiti atau
merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan dilakukan karena
desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak disengaja (Sartono, 2002).
Pengaruh kelompok terhadap
perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan hambatan dari kendali moral.
Selain karena faktor ikut terpengaruh, juga karena ada perancuan tanggung jawab
(tidak merasa ikut bertanggung jawab karena dikerjakan beramai-ramai), ada
desakan kelompok dan identitas kelompok (kalau tidak ikut dianggap bukan
anggota kelompok), dan ada deindividuasi (identitas sebagai individu tidak akan
dikenal) (Staub dalam Kartono, 1986).
Karena remaja lebih banyak berada
di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok maka dapatlah
dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock,
1980).
B. Penyimpangan
Deviasi/penyimpangan diartikan
sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral/ciri-ciri
karakteristik rata-rata populasi. Konsep deviasi hanya berarti apabila ada
deskripsi dan pembahasan yang tepat mengenai norma sosial. Sedangkan norma
sendiri berati kaidah aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang diterima
secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan dan tingkah laku
sehari-hari agar hidup terasa aman dan menyenangkan. Norma sosial adalah
batas-batas dari variasi tingkah laku yang secara eksplisit dan implisit
dimiliki dan dikenal secara retrospektif oleh anggota suatu kelompok.
C. Kenakalan remaja
Istilah kenakalan remaja (juvenile
deliquency) mengacu kepada rentang suatu perilaku yang luas, mulai dari
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak berlebihan
di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah), hingga
tindakan-tindakan kriminal (seperti mencuri). Demi tujuan-tujuan hukum, dibuat
suatu perbedaan antara pelanggaran-pelanggaran indeks (index offenses) dan
pelanggaran-pelanggaran status (status offenses). Pelanggaran-pelanggaran
indeks adalah tindakan kriminal, baik yang dilakukan oleh remaja maupun orang
dewasa. Tindakan-tindakan itu meliputi perampokan, penyerangan dengan
kekerasan, pemerkosaan, pelacuran, dan pembunuhan. Pelanggaran-pelanggaran
status adalah tindakan-tindakan yang tidak terlalu serius seperti lari dari
rumah, bolos dari sekolah, dan ketidakmampuan mengendalikan diri.
D. Perkelahian massal
Inti dari pengaruh kelompok
terhadap agresivitas pelajar di kota besar seperti Jakarta atau terhadap
agresivitas antar etnik di Bosnia Herzegovina adalah sama, yaitu identitas
kelompok yang sangat kuat yang menyebabkan timbul sikap negatif dan
mengeksklusifkan kelompok lain (Indrakusuma dan Denich dalam Kartono, 1886).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegemaran berkelahi secara massal dibagi
menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh
remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar.
Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap
lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal atau faktor eksogen dikenal pula
sebagai pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis adalah
semua perangsang atau pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada
remaja. Faktor eksternal terdiri atas: faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan
miliu.
BAB III:
PEMBAHASAN
A.
Dinamika Tawuran
Antar Pelajar
Tawuran
pelajar adalah kejahatan yang biasanya di kota-kota besar. Mereka
(pelajar)bergerombol/ berkumpul di tempat-tempat keramain (halte, mall-mall,
jalan-jalan protokol) siap mencari lawannya, tetapi tak jarang sasaran mereka
justru pelajar sekolah yang tidak pernah ada masalah dengan sekolahan mereka.
Dengan berpura-pura menanyakan nama seseorang yang mereka cari, dengan
beraninya merampas atau meminta uang dengan paksa kepada pelajar yang mereka
temui. Dengan berbekal senjata tajam, gier, rantai, dan alat pemukul mereka
siap mencari sasaraan dan melakukan tindak kekerasan. Para pelajar ini
menurunkan kebiasan buruknya kepada adik-adik kelasnya, sementara mereka sudah
naik satu jenjang menjadi mahasiswa. Dengan berbekal pengalaman tawuran ini,
jadilah mahasiswa yang memiliki bibit-bibit kekerasan. Dengan perkembangan
aktivitas kampus, maka mereka kerap mendompleng nama reformasi untuk bisa
berbuat tindak kekerasan dan memicu terjadinya konflik dengan aparat keamanan.
Fenomena
tawuran antar pelajar akhir-akhir ini semakin marak terjadi di Indonesia. Meskipun
selama ini pemerintah, lembaga
pendidikan dan juga masyarakat telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah
hal tersebut, tapi kejadian ini tetap saja terjadi. Ini menjadi tugas
bagi para instansi-instansi terkait untuk lebih meningkatkan dan mensosialisasikan
upaya-upaya pencegahan dalam mengatasi fenomena tawuran antar pelajar.
Hal ini sangat tragis dan ironi sekali karena tawuran antar pelajar melibatkan
anak-anak muda yang mempunyai intelektual, yang nantinya akan menjadi para
penerus bangsa ini. Apabila kejadian ini dibiarkan terus menerus, maka bisa dipastikan masa depan bagsa ini
akan semakin suram.
Tawuran antar pelajar sering kali identik dengan hal-hal dalam pemuasan
diri-pribadi atau sekelompok tertentu yang berada di dalamnya. Akibatnya sikap
egosentrisme yang mereka tonjolkan mengarah pada kebiasaan buruk. Dan apabila
pemenuhan dan keinginan tersebut tercapai maka mereka para pelajar akan senantiasa
merasa bangga meskipun bersifat negatif.
B.
Penyebab
Tawuran Antar Pelajar
Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain faktor internal dan eksternal
Ø Faktor
Internal
Faktor
internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui
proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan
disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan
perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang
kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman
pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama
semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih
tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu
apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para
remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi,
tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya.
Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah
orang-orang sekelilingnya.
Ø Faktor
Eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor
Keluarga
Keluarga
adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang
anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah
ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena
inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan
keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh
pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak
menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya
psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk,
1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu
penyebab kenakalan remaja dikarenakan
tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak
(hawari, 1997).
Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja
dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi
anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan
anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor
Sekolah
Sekolah
tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas
pengajaran yang bermutu.
3. Faktor
Lingkungan
Lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja
yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut
ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola
kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak
adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
C.
Solusi Pemberantasan Tawuran
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberantas
tawuran pelajar dari muka bumi indonesia, yaitu seperti :
1) Membuat Peraturan Sekolah Yang
Tegas
Bagi siswa siswi yang terlibat
dalam tawuran akan dikeluarkan dari sekolah. Jika semua siswa terlibat tawuran
maka sekolah akan memberhentikan semua siswa dan melakukan penerimaan siswa
baru dan pindahan. Setiap pelajar siswa siswi harus dibuat takut dengan
berbagai hukuman yang akan diterima jika ikut serta dalam aksi tawuran. Bagi
yang membawa senjata tajam dan senjata khas tawuran lainnya juga harus diberi
sanksi.
2) Memberikan Pendidikan Anti
Tawuran
Pelajar diberikan pemahaman
tentang tata cara menghancurkan akar-akan penyebab tawuran dengan melakukan
tindakan-tindakan tanpa kekerasan jika terjadi suatu hal, selalu berperilaku
sopan dan melaporkan rencana pelajar-pelajar badung yang merencanakan
penyerangan terhadap pelajar sekolah lain. Jika diserang diajarkan untuk
mengalah dan tidak melakukan serangan balasan, kecuali terpaksa.
3) Kolaborasi Belajar Bersama Antar
Sekolah
Selama ini belajar di sekolah
hanya di situ-situ saja sehingga tidak saling kenal mengenal antar pelajar
sekolah yang satu dengan yang lainnya. Seharusnya ada kegiatan belajar gabungan
antar sekolah yang berdekatan secara lokasi dan memiliki kecenderungan untuk
terjadi tawuran pelajar. Dengan saling kenal mengenal karena sering bertemu dan
berinteraksi maka jika terjadi masalah tidak akan lari ke tawuran pelajar,
namun diselesaikan dengan cara baik-baik.
4) Siswa diarahkan ke hal hal
positif dengan diberikan tanggungjawab
Dengan diberi tanggungjawab siswa
diharapkan mempunyai sebuah beban yang harus mereka pikul dan untuk kemudian
membawanya ke aktifitas yang positif seperti OSIS, Pramuka, PMR, dll.
5) Orang tua memberikan perhatian
yang semestinya kepada anak
Untuk mencegah adanya miss
comunication maka peran orang tua dalam hal ini yaitu memberikan perhatian
kepada anak, orang tua juga harus memberikan keterbukaan kepada anak untuk
tidak segan menyatakan keluh kesahnya kepada orang tua baik jika terdapat
masalah maupun hal yang menggembirakan. Sehingga orang tua dapat secara tidak
langsung mengontrol emosi siswa agar tetap stabil dan tidak mudah lari ke hal
yang negatif seperti tawuran.
D. Akibat-akibat karena tawuran pelajar
ü Kerugian
fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi korban. Baik itu
cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian
ü Rusaknya rumah warga apabila pelajar yang
tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah warga
ü Terganggunya
proses belajar mengajar
ü Menurunnya
moralitas para pelajar
ü Hilangnya
perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, dan saling menghargai
E.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi tawuran pelajar
Ø Memberikan
pendidikan moral untuk para pelajar
Ø Menghadirkan
seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya
seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar
untuk selalu bersikap baik
Ø Memberikan
perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri
Ø Memfasilitasi
para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diwaktu luangnya.
Contohnya : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat
acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau
ekstrakulikuler disekolahnya
BAB IV:
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor
yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang dari individu siswa itu
sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor lain yang datang dari luar
individu, diantaranya faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan.
Para
pelajar yang umumnya masih berusia remaja memiliki kencenderungan untuk
melakukan hal-hal diluar dugaan yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya
sendiri dan orang lain, maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat
mengarahkan dan mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan
kesalahan. Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para siswa agar
menjadi insan yang lebih baik.
Begitupun
dalam mencari teman sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari
orang dewasa agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus
bisa membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara mengakui
keberadaanya.
B. Saran
a. Keluarga
sebagai awal tempat pendidikan para pelajar harus mampu membentuk pola pikir
yang baik untuk para pelajar
b. Masyarakat
mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
c. Lembaga
pendidikan formal sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk
membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang
ada didalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA :
Martono,Nanang. 2012. Kekerasan
Simbolik di Sekolah. Jakarta: Rajagrafindo
Hartono,
Agung., 2006. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta
http://anis072.student.umm.ac.id/2010/02/06/tawuran-antar-siswa-yang-sering-terjadi/
Trimakasih sangat membantu sekali
ReplyDelete