Haruskah kita mencari malam lailatul qodar
Lailatul Qadar merupakan hadiah Allah kepada kita. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa melakukan qiyam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharap-an, (maka) dosa-dosanya yang telah lalu diampuni." Juga doa yang diajarkan Rasulullah saw. saat menjumpai Lailatul Qadar adalah "Wahai Allah sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi Maaf, Engkau mencintai pemaafan karena itu berikanlah maaf kepadaku." (HR. Ibnu Majah)
Sehingga, dari kedua hadis tersebut
menunjukkan bahwa dianjurkan bagi setiap yang menginginkan Lailatul Qadar agar
menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti: shalat malam, tilawah
al-Qur’an, dzikir, doa, dan amal-amal saleh lainnya. Dan orang yang
menghidupkan malam itu dengan amal- amal ibadah akan merasakan ketenangan hati,
kelapangan dada, dan kelezatan dalam ibadahnya itu karena semua itu dilakukan
dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah swt.
Jika kita ingin menggenggam Lailatul
Qadar, dapatkah ia dilihat oleh mata?
Dua tokoh ulama’ Arab Saudi, Sheikh Abdul
Aziz bin Baaz dan Sheikh Salleh Munajjid berkata:
"Malam Qadar boleh dilihat dengan mata kepada siapa yang
diberi taufik oleh Allah swt. dan dengan menggunakan tanda-tandanya. Para
sahabat r.h. mencarinya berdasarkan tanda-tandanya, tetapi tiada laporan yang
mengatakan mereka telah melihatnya. Akan tetapi tidak ada larangan mencari
hasil fadilah bagi siapa yang beriman dan bersungguh-sungguh", kata
beliau.
Sheikh Al-Sya’rawi menjelaskan, "Satu
pun di antara makhluk Allah tidak melihat Lailatul Qadar, melainkan Rasu-lullah
saw. Ini adalah satu keistimewaan yang diberikan kepada Rasul-Nya. Selain itu,
ada beberapa orang yang dilaporkan pernah melihatnya. Mereka yang melihatnya
berkata-kata kepada Rasulullah yang melihat beliau pandangan di dalam tidur
mereka, seolah-olah berkata: "Aku melihat sebagaimana aku sujud di dalam
air yang melimpah, kemudian menjadi pagi hari 23, mereka melihat masjid-masjid
di sepanjang malam tersebut. Langit seolah-olah ingin hujan, Rasulullah sujud
sehingga kelihatan dahi di atas tangannya dan kami mengetahui bahwa di sini
adalah Lailatul Qadar di dalam tahun dan malam itu."
Sebenarnya, haruskah kita mencari Lailatul
Qadar? Ada beberapa hadis yang menunjukkan betapa ruginya seseorang yang tidak
pernah berusaha mencari Lailatul Qadar. Menurut Sheikh Abdul Aziz bin Baaz dan
Sheikh Salleh Munajjid beliau berkata; "Seorang Islam haruslah mencari
malam 10 terakhir Ramadhan sebagaimana Rasulullah saw. mengarahkan umatnya
menuntut ganjaran dan pahala di mana seseorang yang mendirikannya dan iman dan
azam malam tersebut, dia akan me-nerima ganjarannya dan jika tidak bahwa
Rasulullah saw. telah bersabda: "Barangsiapa yang berqiam di malam Qadar
dengan keimanannya, maka Allah akan mengampunkan dosanya yang
telah lalu". Dalam riwayat lain,
"Barangsiapa yang berqiam dan mencarinya kemudian ia akan diampunkan dosa
yang sebelumnya dan yang terakhir."
Sedangkan Imam Ja’far Shadiq mengatakan,
"Amal saleh yang dilakukan pada malam itu (al-Qadr), dari shalat, sodaqoh,
dan macam-macam amal kebaikan lainnya, lebih baik dari kita beramal selama
seribu bulan dari amal yang kita kerjakan yang di dalamnya tidak ada Lailatul
Qadr. Kalau Allah tidak melipatgandakan bagi orang-orang mu’min, maka tidak ada
satu manu- siapun yang akan mencapai surga."
1000 bulan itu sama dengan 83 tahun, jadi
orang yang shalat pada malam itu lebih baik daripada shalatnya orang selama 83
tahun. Di sini Imam a.s. dengan tegas mengatakan dan menunjukkan 1000 bukan
menunjukkan bilangan yang banyak, tetapi amal baik apapun yang kita lakukan
pada malam itu lebih baik daripada 83 tahun yang kita perbuat, lalu kalikan
dengan 3. Apabila tidak dilipat gandakan, tidak akan pernah cukup ibadah kita
untuk mencapai tingkatan surga, dan Allah yang Maha Pengasih menciptakan malam
al Qadr untuk membantu hamba- Nya mencapai surga-Nya. Allahu Akbar!
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang
tidak mendapatkan Lailatul Qadr?
"Wahai orang-orang yang beriman!
Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan
Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan me¬masukkan kamu ke dalam
surga-surga yang mengalir di bawah¬nya sungai-sungai, pada hari ketika Allah
tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mer¬eka, sambil mereka
berkata, ’Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah
kami; Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu’." (QS. at-Tahrim
[66]: 8).
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa
terdapat orang- orang yang cahayanya tidak sempurna walau sudah beramal baik di
dunia. Kenapa sampai tidak sempurna? Ini adalah salah satu dari orang-orang
yang tidak beramal pada malam Qadr. Padahal yang kita diandalkan di mahsyar
maupun barzah adalah cahaya tersebut, sedikit-banyaknya tergantung berapa
banyak kita beramal di dunia.
Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib
berkata, "Hari ini amal tanpa hisab, besok tinggal hisab tanpa amal."
Jadi, kumpulkan cahaya itu sebanyak-banyaknya dari sekarang, janganlah sampai
kita menjadi orang-orang yang belum sempurna cahayanya.
Amirul Mu’minin juga berkata, "Orang
yang paling celaka adalah ketika bulan Ramadhan sudah berakhir namun masih ada
dosa pada dirinya." Kenapa? Karena bulan ini adalah bulan peleburan,
seharusnya dosa habis seluruhnya. Orang-orang yang bertobat pada malam Lailatul
Qadr diumpamakan seperti seorang bayi yang baru keluar dari perut ibunya.
Orang-orang yang celaka adalah orang-orang yang tidak memanfaatkan Lailatul
Qadr. Karenanya marilah dari sekarang kita berusaha untuk mendapatkan Lailatul Qadr, janganlah kita
menjadi salah satu dari orang-orang yang celaka tadi.
Kembali kepada hadis Imam Shadiq di atas,
imam melanjutkan, "Bukan hanya saja Allah melipat gandakan kebaikan bagi
orang-orang mu’min tetapi Allah akan menggantikan keburukan-keburukan yang ada
pada mereka dengan kebaikan."
Jadi orang-orang yang mendapatkan Lailatul
Qadr akan digantikan dosa-dosanya oleh Allah swt menjadi pahala. Bagaima¬na
dengan yang berbuat ratusan dosa? Bukan hanya dosanya dihapus, tetapi
digantikan dengan ratusan kebaikan. Mungkinkah ini? Ini adalah Karim Allah yang
Maha Pengasih dan Penyayang. Riwayat menyebutkan; Satu orang yang sudah putus
asa dengan dosa-dosanya datang kepada Rasulullah saw. pada malam Qadr, "Ya
Rasulullah, siapa yang akan menghakimi kita pada hari kia¬mat?" Rasulullah
berkata, "Allah Yang Mahaperkasa dan Maha¬mulia." "Allah yang
Karim itu?", tanya orang tersebut. "Ya", kata Rasulullah.
"Kalau gitu aku selamat!", kata orang tersebut. "Kena¬pa engkau
sebegitu yakin?", tanya Rasulullah. "Karena yang Karim itu pasti
Memaafkan.", jawab orang tersebut. "Betul engkau", jawab nabi. Kenapa?
Karena dia sungguh-sungguh di malam Qadr taubat dengan taubat yang
semurni-murninya.
Imam Shadiq berkata kepada putra Abu
Hamzah, "Wahai Ali sampaikan kepada ayahmu, di malam Qadr jika dia tidak
bisa beribadah dengan duduk maka berbaring." Intinya adalah jangan sampai
tidur pada malam Qadr, dikhawatirkan ketika maghfiroh Allah yang mutlak turun
kita dalam keadaan tidur. Hadis Imam Shadiq as., "Apabila datang kepada
kalian syahru Ramadhan maka bersungguh-sungguhlah menghadapinya, karena pada malam
itu dibagikannya rizqi, dan dicatatnya ajal, dan dicatatnya menjadi tamu Allah
di musim haji." Doa Imam Shadiq yang dibaca setiap setelah shalat:
"Ya Allah sungguh aku
mohon kepada-Mu ketetapan yang Engkau
tentukan dan tentukan secara bijak sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah dan
diganti oleh siapapun. Agar engkau catatkan dalam orang-orang yang
berkesempatan menunaikan haji di Baitullah al Haram
Kenapa dalam doa di atas secara eksplisit
menyebutkan permintaan untuk haji? Dari begitu banyaknya amal yang baik di sisi
Alalh swt. mengapa dalam doa bulan Ramadhan selalu meminta haji? Hai ini
berkaitan dengan sebuah tempat yang selalu didambakan oleh orang-orang haji
yaitu Arafah. Rasulullah saw berkata mengenai keutamaan Arafah/’Di tempat itu,
selama tidak minta maksiat minta apapun akari dikabulkan Allah." Jadi umat
Islam diberikan kesempatan oleh Allah untuk meminta pengampunan di malam
Lailatul Qadr dan di Arafah. Oleh ka¬rena itu orang-orang yang tidak berhasil
mendapatkan Lailatul Qadr masih diberikan kesempatan oleh Allah swt. di Arafah.
Karenanya mintalah untuk dapat berhaji dan mengunjungi Arafah. Semoga
pengampunan Allah menjadi milik kita. Yaa Karim. Mengenai malam Lailatul Qadr
sendiri, Imam Shadiq a.s. ber¬kata, "Malam 19 adalah lailatul taqdir, malam
21 lailatul ibrom (pembagian), malam 23 adalah lailatul imdho’
(ketetapan)." Jadi ada tiga malam penting Lailatul Qadr. Bagaimana kalau
kita tidak mampu beribadah pada ketiga-tiganya? Satu orang datang kepada Imam
Shadiq a.s., "Ya putra Rasulullah yang pasti kapan malam Qadr itu?"
Imam menjawab, "Apa yang menjadikanmu berat untuk beribadah malam
tersebut?". Imam mengatakan kepada kita, dengan segala rahmat dan
maghfirah Allah yang disediakan untuk kita, apa yang membuat kita berat untuk beribadah
pada tiga malam tersebut? Sementara kita tidak pernah berat untuk bermaksiat
kepada Allah swt.
0 comments:
Post a Comment