SEPERTI
FUNGSI DAN DEFINISI KOMUNIKASI, PRINSIP-PRINSIP komunikasi juga diuraikan
dengan berbagai cara oleh pakar komunikasi. Para
pakar komunikasi berbeda-beda dalam menggunakan istilah untuk menjabarkan
tentang prinsip-prinsip komunikasi, sebagai contoh William B. Gudykunst dan Young Yun Kim mengistilahkan
sebagai asumsi-asumsi komunikasi, sedangkan Cassandra
L. Book, Bert E. Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Sarah Trenholm dan Arthur Jensen menyebutnya
sebagai karakteristik-karakteristik komunikasi.
Dengan bersumber dari berbagai pakar
komunikasi Deddy Mulyana, MA, Ph.D. mencoba
untuk merumuskan prinsip-prinsip komunikasi.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip komunikasi
yang di jabarkan oleh “Dedi Mulyana” berdasarkan pengalaman dan pengamatan
pribadi serta rujukan lain yang relavan. Prinsip-prinsip komunikasi tersebut
pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat
komunikasi.
PRINSIP
1 : KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES SIMBOLIK
Salah satu
kelebihan manusia dari makhluk lain (hewan) adalah ia diberi kemampuan untuk
berfikir, Seorang filosuf mengistilahkan sebagai al hayawanu nathiq manusia
adalah hewan yang berfikir. Dengan fikiran itulah manusia mempunyai kemampuan
untuk menggunakan lambang. Ernst Cassier menyebutkan
bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya dalam
menggunakan simbol (animal
symbolicum).
Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk
sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi
kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya
disepakati bersama. Kata kunci dari lambang atau simbol ini adalah adanya
kesepakatan sekelompok orang, tanpa adanya kesepakatan tersebut maka simbol
tersebut tidak akan dapat dijadikan sebagai komunikasi.
Lambang
adalah salah satu kategori tanda, hubungan antara tanda dengan objek dapat
direpresentasikan oleh ikon dan indeks, akan tetapi ikon[1] dan indeks[2] tidak memerlukan kesepakatan. Salah satu ciri
ikon adalah kemiripan sebagaimana ketika anda membuat Kartu Anggota
Perpustakaan maka foto yang tertempel pada kartu tersebut adalah ikon anda.
Akhir-akhir ini lambang itu sering dipertukarkan dalam penggunaannya, sebagai contoh
Romeo dan Juliet / Rama dan Shinta merupakan lambang “cinta yang abadi”. Sedangkan
indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan
eksistensi, sebagai contoh ketika matahari terbenam maka merupakan indeks bahwa
waktu shalat maghrib telah masuk, akan tetapi bagi sebagian masyarakat yang
masih percaya pada hal-hal yang mistik maka ketika matahari terbenam merupakan
sinyal waktu keluarnya jin dan setan lainnya sehingga para orang tua melarang
anak-anak kecil untuk keluar rumah maka waktu terbenamnya matahari merupakan
lambang karena sudah disepakati oleh masyarakat tersebut.
Lambang
mempunyai karateristik sebagai berikut :
1.
Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau
sewenang-wenang.
Sebagaimana dalam muqaddimah bahwa hal yang
paling utama dalam lambang adalah adanya kesepakatan, maka apapun bentuknya
dapat dijadikan sebagai lambang, baik berupa kata-kata, isyarat anggota tubuh,
hewan, tumbuhan dan sebagainya. Sebagai contoh bahwa kenapa buah yang berduri itu
disebut durian, atau hewan yang berkokok itu disebut ayam, penyebutan tersebut
tentunya karena orang bersepakat
2.
Lambang
pada dasarnya tidak mempunyai makna.
Yang
memberikan makna pada sebuah lambang itu adalah pikiran kita, bahkan kata-kata
itupun merupakan pemaknaan dari pikiran kita. Tentu akan menjadi hal yang sulit
apabila suatu perkataan tidak dimaknai dengan makna yang sama, maka hal ini
akan menjadikan miss communication.
3.
Lambang
itu bervariasi
Yang
dimaksud dengan bervariasi adalah bahwa lambang itu akan berubah dari konteks
waktu ke konteks waktu yang lain, dari suatu tempat ke tempat lain dan dari
satu budaya ke budaya lain.
Lambang kekayan pada masyarakat jawa tahun tujuh puluhan adalah
dengan rumah gedhong (tembok) karena pada waktu itu rumah biasa dibuat dari
bambu atau papan, lambang tersebut tentunya tidak berlaku lagi pada
zaman sekarang karena
kebanyakan masyarakat sudah mampu untuk hanya membuat rumah gedhong.
PRINSIP
2: SETIAP PELAKU MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI
Setiap
orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut
sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (
komunikasi non verbal ) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus.
Kita tidak
dapat berkomunikasi (We Cannot not
communicate). Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi.
Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang member makna pada perilaku orang
lain atau perilakunya sendiri.
PRINSIP 3: KOMUNIKASI
PUNYA DIMENSI ISI DAN DIMENSI HUBUNGAN
Dimensi
isi menunjukkan muatan (isi) komunikasi sedangkan dimensi hubungan menunjukkan
bagaimana cara mengatakannya dan mengisyaratkan, bagaimana hubungan para
peserta komunikasi dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dimensi isi
disandi secara verbal sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal.
Sebagai contoh kalimat “Makan..tuh” dengan nada lembut bermakna
perintah untuk makan sedangkan apabila menggunakan intonasi tinggi maka
bermakna larangan memakannya. Ketika seseorang tahu bahwa temannya sedang makan
iapun tetap menyapa dengan kalimat “makan…?” hal itu bermakna
menyapa agar tidak dikatakan sebagai orang yang judes atau cuek.
PRINSIP 4: Komunikasi Itu Berlangsung Dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan.
Komunikasi
dilakukan manusia dari yang tidak sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta
terencana melakukan komunikasi. Kesadaran akan lebih tinggi ketika
berkomunikasi dalam situasi-situasi khusus. Sebagai contoh ketika kita
bercakap-cakap dengan seorang yang baru dikenal tentunya akan berbeda cara
berkomunikasi kita dibanding ketika kita bercakap-cakap dengan teman yang sudah
biasa bergaul sehari-hari. Akan tetapi kita juga akan bisa berkomunikasi dengan
kesadaran yang lebih tinggi dengan teman sehari-hari kita apabila teman
tersebut menyampaikan berita yang sangat menarik bagi kita.
Adanya
perilaku-perilaku dalam berkomunikasi akan menimbulkan asumsi-asumsi orang lain
yang bisa benar atau belum tentu benar secara mutlak. Sebagai contoh ketika
seorang mahasiswa mempresentasikan makalahnya dengan sering menggaruk-garuk
kepalanya maka kita akan berasumsi bahwa mahasiswa tersebut kurang siap,
walaupun mahasiswa tersebut tidak demikian. Untuk membuktikan bahwa niat atau
kesengajaan bukan syarat mutlak berkomunikasi dapat dilihat dari contoh kasus
sebagai berikut ; Ketika anak muda yang belum tahu tata krama Yogya-Solo
berjalan di depan orang yang lebih tua pada masyarakat Yogyakarta dan Solo
klasik dan ia tidak membungkukkan badan maka dia akan dicap sebagai anak yang
tidak punya tata krama walaupun anak itu tidak sengaja.
PRINSIP 5: Komunikasi Terjadi Dalam Konteks Ruang dan Waktu
Pesan
komunikasi yang dikirim oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun
non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung,
kepada siapa pesan itu dikirim dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Seseorang
yang berkomunikasi akan menimbulkan makna-makna tertentu, sedangkan makna
tersebut berhubungan dengan konteks fisik/ruang, waktu, sosial, dan psikologis.
Sebagai contoh bahwa komunikasi berhubungan dengan ruang adalah akan dianggap “kurang
sopan” apabila menghadiri acara protokoler dengan memakai kaos oblong.
Adapun waktu dapat mempengaruhi makna komunikasi dapat digambarkan sebagai
berikut seoarang yang berlangganan koran Republika dan koran itu selalu datang
jam 05.30 kemudian dengan tiba-tiba datang jam 09.00 tentunya pelanggan
tersebut akan mempunyai persepsi-persepsi tertentu.
PRINSIP 6:
KOMUNIKASI MELIBATKAN PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI
Ketika orang-orang berkomunikasi,
mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi
juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang memilih strategi
tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.
Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering belangsung cepat. Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peransosialnya. Misanya
anda mengetahui bagaimana tatakrama dalam berbahasa ketika anda berhaapan
dengan orang tua anda atau orang yang lebih tua. Misalnya tidak dapat menyapa
orang tua anda dengan “kamu” atau “elu”.
PRINSIP 7: KOMUNIKASI ITU BERSIFAT SISTEMIK
Setiap Individu
adalah suatu system yang hidup ( A Living
System ). Organ-organ dalam tubuh kita saling berhubungan. Kerusakan mata
dapat membuat kepala kita pusing. Bahkan unsure diri kita yang bersifat jasmani
juga berhubungan dengan unsure kita yang bersifat rohani.
Komunikasi juga menyangkut suatu
system dari unsur-unsurnya.setidaknya dua system dasar beroperasi dalam
transaksi komunikasi itu system internal dan eksternal. System internal adalah
seluruh system nilai yang dibawah oleh seseorang individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selalu sosialisasinya dalam
berbagai lingkungan sosialnya ( Keluarga, Masyarakat setempat, kelompok suku,
kelompok agama, lembaga pendidikan, dan lain-lain). System internal ini
mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik. Kita hanya dapat
menduganya lewat kata-kata yang ia ucapkan dan perilaku yang ia tunjukkan.
Jumlah system internal ini adalah sebanyak individu yang ada.
System Eksternal terdiri dari
unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih
untuk berbicara, isyarat fisik, kegaduhan disekitarnya, penataan ruangan,
cahaya, dan temperature ruangan. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi
kita namun persepsi kita atas lingkungan kita juga mempengaruhi kita berperilaku.
PRINSIP
8: SEMAKIN
MIRIP LATAR BELAKAN SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH KOMUNIKASI
Jika dua orang melakukan komunikasi
berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua
pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya (orang-orang
yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak pernah ada dua manusia
yang persis sama, meskipun mereka kembar. Namun adanya kesamaan sekali lagi
akan mendorong orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena
kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
PRINSIP
9: komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi
bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon
atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan
dimengerti.
PRINSIP
10: KOMUNIKASI
BERSIFAT PROSESUAL, DINAMIS DAN TRANSAKSIONAL
Konsekuensi dari prinsip bahwa
komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara
pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
PRINSIP
11: KOMUNIKASI
BERSIFAT IRREVERSIBLE
Setiap orang yang melakukan proses
komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang
ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali,
jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak
akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
PRINSIP
12:
KOMUNIKASI BUKAN PANESAUNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH
Dalam arti bahwa komunikasi bukan
satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Banya persoalan dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujrab) untuk menyelesaikan persoalan
atau konflik itu, karena konflik atau persoalan tersebut mungkin berkaitan
dengan masalah structural.
hallo mas setia ^_^
ReplyDeletesemoga bermanfaat
ReplyDelete