BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Surabaya
memiliki banyak tempat wisata religius dan salah satunya Makam Sunan Ampel Surabaya.
Tempat religius merupakan tempat yang setiap hari diperuntukan sebagai tempat
beribadah suatu agama, misalnya masjid. Masjid merupakan tempat ibadah bagi
umat yang beragama islam.
Tidak
semua masyarakat Surabaya mengetahui akan potensi tempat yang bersejarah.
Kebanyakan dari masyarakat tersebut memberlakukan tempat ibadah sebagai
tempat untuk berdo’a saja. Namun tempat ibadah seperti halnya Masjid Sunan
Ampel bukan hanya untuk tempat ibadah akan tetapi bisa dijadikan sebagai tempat
wisata religius karena memiliki nilai sejarah yang dapat menjadikan sebagai
media pembelajaran bagi generasi muda, sehingga dengan pembelajaran diharapkan
dapat memotivasi bagi semua lapisan masyarakat terutamanya bagi kaum pemuda
untuk ikut turut serta melestarikan tempat tersebut.
Wisata
Religi Makam Sunan Ampel Surabaya sangat terkenal di berbagai daerah di
Indonesia, khususnya pulau Jawa. Karena Sunan Ampel atau Raden Ahmad
Rohmatulloh sangat terkenal ajarannya untuk menyebarkan agama Islam di pulau
Jawa, bisa dikatakan
berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa.
Masjid
Ampel terletak di Jalan KH. Mas Mansyur di Desa Ampel (sekarang
Kelurahan Ampel) Kecamatan Semampir,
Surabaya
(Jawa Timur). Sekitar dua kilometer
ke arah Timur Jembatan Merah.
Makam Raden
Muhammad Ali Rahmatullah atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel,
terletak di belakang mesjid. Untuk mencapai makam harus melewati sembilan
gapura, sesuai arah mata angin, yang melambangkan wali songo atau sembilan
wali. Tiga gapura merupakan bangunan asli peninggalan Sunan Ampel.
Raden Rahmat membangun langgar (mushola) sederhana di Kembang Kuning, delapan kilometer dari
Ampel. Langgar ini kemudian menjadi besar, megah, dan bertahan sampai sekarang dan
diberi nama Masjid Rahmat. Setibanya di Ampel, langkah pertama Raden Rahmat
adalah membangun masjid sebagai pusat ibadah dan dakwah. Kemudian ia membangun
pesantren, mengikuti model Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Format pesantrennya
mirip konsep biara yang sudah dikenal masyarakat Jawa. Raden Rahmat memang
dikenal memiliki kepekaan adaptasi. Caranya menanamkan akidah dan syariat
sangat memperhatikan kondisi masyarakat. Kata ”sholat”
diganti dengan ”sembahyang” (asalnya: sembah dan hyang). Tempat ibadah tidak
dinamai mushola, tapi ”langgar”, mirip kata sanggar. Penuntut ilmu disebut
santri, berasal dari shastri orang yang tahu buku
suci agama Hindu.
Ajarannya yang terkenal adalah falsafah ”Moh Limo”. Artinya:
tidak melakukan lima hal tercela. Yakni moh main (tidak mau judi), moh ngombe
(tidak mau mabuk), moh maling (tidak mau mencuri), moh madat (tidak mau
mengisap candu), dan moh madon (tidak mau berzina). Falsafah ini sejalan dengan
problem kemerosotan moral warga yang dikeluhkan Sri Kertawijaya. Sunan Ampel
sangat memperhatikan kaderisasi. Buktinya, dari sekian putra dan santrinya, ada
yang kemudian menjadi tokoh Islam terkemuka.
Sebelum Sunan Ampel masuk
kedalam kota Surabaya, agama yang dianut diwilayah Surabaya ini sangat banyak
dan beragam, begitu juga dengan kebiasaan yang dilakukan warga Surabaya sebelum
mengenal tata karma dan sopan santun terhadap sesama orang.
Oleh karna itu latarbelakang
kami ingin mengetahui asal-usul budaya agama yang terjadi ketika Raden Rahmad
datang membawa ajaran Islam ke wilayah kota Surabaya khususnya di daerah Ampel.
2.
RUMUSAN
MASALAH
Bagaimana
dampak sosial budaya agama yang ada di kawasan wisata religi Sunan Ampel?
3.
TUJUAN
Untuk
mengetahui sosial budaya dan agama di Sunan Ampel dan memperkenalkan kepada
semua lapisan masyarakat di Jawa Timur bahwa tempat tersebut merupakan
warisan budaya yang harus di lestarikan agar tidak terlupakan dan rusak karena
perkembangan zaman.
4.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
4.1
Hasil Observasi
Karakter
Islam telah ditunjukkan oleh keberadaan masjidnya yang besar dan terus
mengalami pemugaran. Hal ini mengingat lokasinya yang dekat dengan pasar dan
juga sebagai tempat aktivitas Ziarah. Tampilan bangunan masjid tampak megah
dilengkapi pula dengan menara. Rancangan arsitektur tradisional masih terlihat
yaitu beratap tumpang tiga dan ruang utamanya berdenah bujur sangkar yang
dilengkapi dengan sokoguru. Kekunoan yang masih tampak ada pada mimbarnya yang
dihiasi dengan motif burung garuda. Motif yang lain terdapat pada plengkung
mimbar dihiasi pula medallion dan daun-daunan serta “matahari/sinar Majapahit”.
Menurut juru
kunci Makam sunan ampel, struktur masjid ampel arsitekturnya lebih dominan
mengikuti peninggalan hindu dan islam. Hal ini tidak terlepas dari cara
mengajar Sunan Ampel yang selalu mengadopsi kegiatan agama hindu atau budha untuk
menarik jamaahnya waktu itu. Masjid ini seperti halnya bangunan-bangunan Jawa
kuno. Tiang-tiang masjid memiliki unsur arsitektur Belanda dan Cina. Masjid sering mengalami pemugaran mengingat usianya yang sudah tua,
namun pemugaran itu tidak menghilangkan keaslian bangunan masjid.
4.2 Wawancara
Dengan
metode wawancara, data di peroleh dari narasumber yang dapat dipercaya
dengan tempat sejarah yang melalui paparannya dan sesi tanya jawab
antara penanya dengan narasumber. Adapun nama narasumber yang saya maksud
adalah HM Suryansyah
juru kunci Masjid Sunan Ampel.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
MAKNA
16 TIANG PENYANGGA MASJID
Masjid
Sunan Ampel mempunyai tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati . tinggi
tiang tersebut 17 meter dan banyaknya 16 buah. Jumlah 16 tiang tersebut
mempunyai makna yakni 16 huruf dalam dalam kalimat syahadat, dan tiang tiang
yang 17 meter mempunyai makna jumlah roka’at sholat fardhu dalam sehari
semalam.
GAPURA
DI SEKELILING MASJID
Ada
lima gapura (pintu gerbang) yang terdapat di sekeliling masjid, yaitu :
- Dari
arah selatan, tepatnya di Jalan Sasak terdapat pintu gerbang pertama yang
bernama Gapuro Munggah. Gapura Munggah adalah simbol dari Rukun Islam yang
kelima, yaitu Haji. di sekitar gapura ini banyak para pedagang yang
menjajakan berbagai macam dagangan seperti, peci dan baju busana muslim.
- Gapura Poso
(Puasa) yang terletak di sebelah selatan masjid. Gapura Poso
memberikan suasana pada bulan Ramadhan. Setelah melewati Gapura Poso,
kita akan masuk ke halaman masjid. Dari halaman ini tampak bangunan masjid
yang megah dengan menara yang menjulang tinggi. Menara ini masih asli,
sebagaimana dibangun oleh Sunan Ampel pada abad ke 14.
- Gapura Ngamal
(Beramal). Gapura ini menyimbolkan Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakat.
Disini orang dapat bersodaqoh, dimana hasil shodaqoh yang
diperoleh dipergunakan untuk perawatan dan biaya kebersihan masjid dan
makam.
- Gapura Madep
yang letaknya persis di sebelah barat bangunan induk masjid. Gapura ini
menyimbolkan Rukun Islam yang kedua, yaitu sholat dengan mengadap (madep)
ke arah kiblat.
- Gapuro
Paneksen, merupakan simbol dari Rukun Islam yang pertama yaitu Syahadat.
Paneksen berarti ‘kesaksian‘, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah. Gapuro Paneksen merupakan pintu gerbang masuk ke
makam.
Tulisan / jurnal
Pada
saat tiba di gerbang masuk wisata religi makam Sunan Ampel, kami sudah
diperlihatkan dengan banyaknya pedagang yang berjualan disekitar jalan raya.
Banyak juga ruko-ruko berjajar yang berjualan busana muslim, camilan dan ada
juga ruko yang menawarkan tour wisata dll. Setelah memarkirkan kendaraan, kami bergegas menuju
pintu masuk makam Sunan Ampel. Sepanjang jalan menuju masjid Sunan Ampel,
banyak pedagang yang menjajakan makanan dan minuman. Ada pula baju muslim,
parfum, air zam-zam, peci, dll. Kebanyakan pedagang adalah orang dari Madura
dan Arab.
Para
pengunjung di makam Sunan Ampel kebanyakan dari luar kota dan luar provinsi.
Minoritas pengunjung adalah aliran NU, Muhammadiyah, LDII, banyak sekali
berbagai aliran yang berkunjung di Makam Sunan Ampel ini menunjukkan bahwa
meski berbeda tapi agam tetap satu yaitu Islam. Saat tiba di masjid Sunan
Ampel, kami segera mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan sholat Dzuhur.
Karena kebetulan sampai disini waktu sholat Dzuhur. Setelah selasai sholat,
kami bergegas menuju kawasan makam Sunan Ampel (Raden Ahmad Rohmatullah).
Banyak peziarah yang membacakan do’a untuk Sunan Ampel. Mereka tidak hanya
mendo’akan Sunan Ampel, tetapi juga mendo’akan para sahabat Sunan Ampel.
Di dalam
masjid terdapat sumur yang kini sudah ditutup dengan besi. Banyak yang
meyakini air dari sumur ini memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah,
yakni tidak surut meski musim kemarau. Banyak masyarakat yang minum dan
mengambil untuk kemudian dibawa pulang. Memasuki area pemakaman, terdapat
gentong-gentong berisi air yang berasal dari sumur tersebut untuk
diminum oleh para pengunjung. Menurut kepercayaan orang setempat, air tersebut
membawa berkah dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat awet muda.
Gambar
bagaimana sejarah air yang diyakini berkah oleh masyarakat ?
ReplyDelete